RSS

Thursday 25 February 2010

Surat Dari Kawan : 3

Kawan,

Apakah kamu tahu tentang kisah sekumpulan orang yang menatap langit?

Ini kisah tentang sekelompok orang yang berkumpul. Mereka berdiri tegap dan tegak menatap langit dan sesekali menatap tanah. Tanah yang pernah mereka pijak, yang terkena tumpahan keringat, air mata serta, darah mereka. Tanah yang mengingatkan mereka tentang perjuangan untuk bisa berdiri di sana, di puncak bukit. Perjuangan melawan takdir. Dan mengingatkan mereka untuk kembali menatap langit.

Ini kisah tentang suara-suara yang keluar dari lobang. Suara yang sedikit tapi bergema kencang sampai ke horison. Menggetarkan siapa saja yang mendengarnya. Menekuk lutut para pecundang dan pengecut. Suara yang bergema namun tidak terdengar oleh beberapa orang. Tidak terdengar oleh mereka yang menutup telinganya, atau mereka yang berteriak juga.

Ini bukan kisah tentang perjuangan atau pengorbanan.

Ini kisah tentang beberapa manusia. Menerima tugas. Bersikap seperti alam, berusaha memberi, tidak berharap kembali. Menatap langit. Memenuhi takdir. Memimpin, bukan dipimpin. Di depan, bukan di belakang. Di atas, bukan di bawah.

Ini kisah tentang akhir yang bahagia sekaligus sedih. Di mana pada akhirnya mereka mungkin masih menatap langit dan sesekali menatap tanah. Tapi tidak di sana, di puncak bukit itu. Dan tidak beramai-ramai. Ketika saat itu tiba, mereka akan mensyukuri tiap tenaga yang tercurah, tiap tetes keringat yang tercucur, dan tiap tetes darah yang mengalir, yang mereka keluarkan bersama, ketika mereka masih menatap langit, di puncak bukit itu, bersama-sama.

Kawan, ingatkah kamu. Kita lah mereka. Ya, kita lah sekumpulan orang yang menatap langit. Pertanyaannya adalah masihkah kita menatap langit? Mungkin kita sudah lelah, jenuh dan penat menatap langit itu. Tapi kawan, langit itu masih luas. Awan mendung masih di depan. Sebentar lagi kawan. Sebentar lagi. Tinggal hitungan bulan. Dan kita bisa beristirahat tidak lagi menatap langit.


Kawanmu,



Kresnoadi Wiratama

0 comments:

Post a Comment