RSS

Wednesday 24 February 2010

Surat Dari Kawan : 2

Kawan,

Apa kau ingat waktu itu? Saat di mana kita ditempa oleh alam? Akan kuingatkan kamu tentang cerita kita di waktu itu. Mungkin dengan mengenangnya kembali, akan tersadarkan olehmu betapa kita ini sangat berikatan.

Kita saat itu layaknya sebuah onggokan besi tak berguna, yang akan ditempa menjadi salah satu benda yang sangat bermanfaat dalam sejarah manusia. Kita akan dibentuk menjadi sebuah pedang, yang keras seperti Kristal, dan tajam layaknya silet.

Kita, manusia terpilih, sekumpulan manusia yang mereka sebut pecinta alam, hanya alam yang bisa menempa kita. Hanya alam yang cukup kuat untuk membentuk kita. Layaknya sebilah pedang, untuk membentuknya perlu dipanaskan, baru dipukul berkali-kali, sampai akhirnya dibekukan. Kita pun mengalami proses yang sama, dengan pelajaram dan hikmah yang bisa kita ambil dari setiap prosesnya.

Panas di bukit itu, sebagai permulaan untuk menyiapkan proses ini, meleburkan kita, onggokan-onggokan besi sampah menjadi satu kesatuan.

Hujan badai, mengikis semua kotoran dan penghalang yang tadinya ada di antara kita agar kita bisa melebur dengan sempurna.

Lelah dan letih, menempa kita, membentuk ulang diri kita, agar kita menjadi apa yang telah kita harapkan.

Dinginnya malam, membekukan kita kembali agar kita menjadi kuat dan kokoh, keras dan tangguh, untuk menghadapi setiap tantangan yang nantinya akan kita hadapi.

Keringat dan darah yang tercucur bukan hal yang asing bagi kita. Tiada ragu keringat menetes, tiada ragu darah mengucur, namun demi selesainya sebuah proses penempaan ini dengan sempurna, kita bertahan hidup.

Dari semua pelajaran itu, yang terpenting adalah kita merasakan sesuatu yang bernama kebersamaan, sesuatu yang mungkin bullshit di telinga beberapa orang. Ya, kebersamaan itu memang ada. Kebersamaan itulah yang membuat kita mampu bertahan hidup, mampu menyelesaikan proses ini, dan tetap menjadi sebilah pedang baja yang keras dan tajam, yang tidak dapat rusak oleh zaman. Zaman hanya akan mengeratkan genggaman kami, tidak mungkin melepasnya.

Kebersamaan itulah yang membuatku menulis surat ini. Kebersamaan itulah yang membuat kita berada di sini sekarang. Dan kebersamaan itulah yang membuat kita masih berangkulan di sini, di dalam sebuah lingkaran, dan meneriakkan kata yang menggemparkan semesta, jiwa, dan raga, kata agung penuh makna, “CARVE, CARVE, CARVE!!!”



Kawanmu,



Kresnoadi Wiratama

0 comments:

Post a Comment